Senin, 06 Agustus 2007

ANTARA NYAMUK DAN AKU

Kalau ditanya apa anti tidur paling manjur jawabnya bukan kopi atau sex tetapi nyamuk.
Ada batas tahan kopi dan sex menopang mata tetap melek. Tapi nyamuk, ia adalah mahluk yang diciptakan untuk menghisap darah dan menjaga mata tetap melek.

Bukan main kesalnya ketika mimpi indah dihancurkan oleh nyamuk. Barangkali Tuhan iseng menciptakan nyamuk ini, atau memang ia sengaja diciptakan sebagai mahluk penghisap darah, yang punya tujuan tersendiri bagi Tuhan tetapi belum ditemukan manusia apa makna keberadaan nyamuk di dunia ini.

Kalau lebah misalnya ada misinya menghisap sari makanan dari bunga, sebagai gantinya ia memindahkan serbuk sari dari satu tanaman ke tanaman lain sehingga tumbuhan bisa berkembang biak dengan sempurna.

Nyamuk adalah mahluk hidup yang hidup dari darah, maka ia bertarung untuk darah pula. Dari sepotong observasiku, ternyata ketika ia menyuntikkan moncongnya ke tubuh mangsanya tidak terasa apa-apa, sehingga mangsanya tidak sadar kalau darah sudah dihisapnya, begitu selesai menghisap darah baru terasa gatal-gatal yang membuat tidur terganggu. Inilah strategi nyamuk, pintar membius tetapi meninggalkan bekas yang menyakitkan.

Inilah yang membuat aku berpikir ketika tidurku terganggu malam kemarin. Kebetulan mimpi indah, tetapi mimpiku seperti radio yang kehilangan channel kadang suaranya bersih kadang suaranya berisik. Dan akhirnya aku mengumpat “dasar nyamuk laknat!!!, mati deh kau”, sambil mengepak tanganku sekuat tanganku, sayangnya sang nyamuk pintar mengelak. Bukanya mati malah tanganku yang kesakitan.

Berbagai cara sudah kutempuh agar nyamuk ini tidak menggangu tidurku, kalau lagi terjaga aku masih mampu menghalaunya, tetapi kalau sudah tidur ia dengan leluasa menghampiri tubuhku dan seenaknya menusukinya dan menghisap darahku, tanpa permisi atau tanpa basa-basi misalnya”permisi darah anda mau saya hisap, saya sudah tidak makan satu hari, jadi tolonglah daripada aku mati kelaparan”.

Membeli racun nyamuk dari yang termurah hingga yang termahal sudah kucoba. Tetapi kelihatanya ia makin lama makin pintar, ketika semprot, ia bersembunyi dibalik celah-celah yang memungkinkan ia bertahan, seiring dengan sirkulasi udara di tempat tidurku, lama-kelamaan ketika udara sudah bersih dari racun ia muncul lagi dan dengan leluasa menghisap dan menjilati tubuhku, yang menghancurkan tidur nyenyakku.

Inilah yang membuat aku untuk berpikir, sebagai sesama mahluk hidup, ia sama sepertiku berjuang untuk hidup lewat pencarian makanan, kalau Kerbau harus hidup dari rumput, atau burung hidup dari biji-bijian, dan manusia bisa hidup dari berbagai macam makanan, nyamuk hanya bisa hidup dari darah. Maka praktis, seluruh siklus hidupnya yang singkat akan dipakai untuk mencari darah agar bisa bertahan hidup.

Segala usaha dilakukanya, sekalipun harus berhadapan dengan racun atau kepakan tangan yang bisa mengubah nyamuk jadi bubur dalam sekali kepak. Ia tetap berjuang agar siklus hidupnya bisa terbayar.

Inilah hakekat hidup, tafsirku. Nyamuk mengerahkan segala upayanya hanya untuk menghisap darah dua atau tiga kali lalu mati. Bagaimana dengan siklus hidupku yang bisa bisa mencapai 70 hingga 80 tahun yang tergantung pada makanan. Inilah perjuangan gigih sang nyamuk yang menginspirasi aku untuk terus berjuang hingga hidup berhenti kelak.

Sempat terpikir, agar kurelakan saja darahku dihisap, toh dia akan mati juga, sekaligus beramal. Tetapi kembali kepada hakekat hidup tadi, ketika aku berusaha untuk menyingkirkan nyamuk dengan berbagai cara, adalah salah satu caraku untuk bertahan hidup seperti yang dilakukan nyamuk.

Aku menjadi tersadar, membunuh nyamuk juga adalah usahaku untuk hidup, dan berjuang untuk tidak terbunuh oleh manusia adalah usaha nyamuk untuk hidup sesuai dengan siklusnya. Inilah rantai makanan yang diciptakan oleh sang pencipta, dimakan, memakan dan hidup kemudian mati.