Selasa, 05 Agustus 2008

REFLEKSI LIMA TAHUN PERANG AS - IRAK

PIDATO SBY MENGENAI PERANG AS - IRAK - SERI III (TERAKHIR)


Secara keseluruhan, isi pidato SBY tentang kemungkinan serangan AS terhadap Irak tidak lebih dari pada sebuah overview, pandangan seorang Menko Polkam di Kabinet Megawati. Sikap yang tidak jelas ini bisa dimaklumi karena seorang Menteri tidak mungkin mendahului sikap Negara yang dalam konteks ini dipimpin oleh seorang Presiden. Dan pada saat seminar ini diadakan, perang belum terjadi.

Berikut ini adalah sesi terakhir dari Pandangan SBY mengenai perang AS – Irak

Global Economy tidak akan masuk dalam wilayah ekonomi, saya kira teman-teman akan mengangkat isu itu. Tetapi saya mempunyai pengalaman sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, kalau terjadi sesuatu di Timur Tengah kekuatan Irak plus Iran plus Bahrain plus Libia itu semua negara OPEC, itu sudah sangat berpengaruh kalau mereka melakukan pemotongan produksi akibatnya harga akan melambung tinggi. Apalagi kalau pihak Saudi Arabia pada pihak yang netral atau anti perang Amerika Serikat terhadap Irak bisa dibayangkan bahwa 70% contributing nation didalam produksi minyak ini akan merupakan sumber krisis minyak sedunia.

Masalah Trading, Ekspor, saya kira pasar-pasar akan tertutup, kemudian bisa dari sesi segala macam saya tidak ingin masuk disitu, teman-teman ekonomi nanti yang akan membahasnya. Tetapi implikasi ini pada tingkat Global and Regional bisa politik, ekonomi, kemanusiaan.

Dua agenda terakhir implikasi terhadap Indonesia jika Amerika Serikat menyerang Irak, ada yang direct ada yang inderect. Direct implication yang langsung akan ada ketegangan politik didalam negeri kita. Pengalaman dulu kami dan teman-teman mengelola politik domestik ketika Amerika menyerang Afghanistan, kami menghadapi tiga kelompok masyarakat waktu itu.

Kelompok pertama yang sangat anti serangan Amerika terhadap Afghanistan, mereka memaksa kami untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, memboikot barang-barang Amerika Serikat, mengirimkan sukarelawan jihad dan segala macam kami hadapi. Hampir pasti kalau ini terjadi lagi kami menghadapi hal seperti itu.

Kelompok kedua yang kami hadapi waktu itu adalah kelompok yang diam-diam setuju dengan serangan Amerika terhadap Afghanistan tapi biasanya diam. Jadi nanti kalau AS menyerang Irak hampir pasti ada kelompok yang sudahlah tidak apa-apalah tetapi biasanya diam. Nah mayoritas sebenarnya tidak suka dengan serangan yang sifatnya sepihak, lebih mendorong kepada peran PBB dan Collectivation.

Ada cara-cara yang lebih disepakati oleh masyarakat global ini mayoritas biasanya, dan mayoritas yang lain tidak peduli yang penting hidup aman dan sejahtera. Posisi kita, respon kita ini harus mencerminkan mayoritas bangsa kita bertumpu pada prinsip-prinsip hubungan international, bertumpu pada politik bebas aktif dan tunduk pada resolusi DK PBB. Itulah faktor-faktor yang akan kami jadikan landasan ketika kami nanti harus menyampaikan secara formal posisi, sikap dan respon Pemerintah Republik Indonesia. Implikasi yang lain tentu “mass social protest, kemudian dengan kejadian di Bali ini memberikan suatu warning, hampir pasti sangat mungkin terjadi kalau Amerika menyerang Irak kali ini akan ada the act of terrorism darimanapun datangnya terhadap sasaran-sasaran Amerika yang ada di Indonesia. Bukan terorismenyapun akan ada langkah-langkah yang keras dan secara pisik terhadap Amerika Serikat.

Kemudian ada yang tidak langsung jika Pemerintah Indonesia melawan inisiatif Amerika Serikat menyerang Irak ini, keras kita, mengecam dan segala macam secara formal itu pasti ada implikasi minimal pada Ekonomi. Ingat ada World Bank, IMF, CGI, Paris Club itu dibelakangnya paling kuat itu adalah Amerika Serikat. Ada Cost yang kita dapatkan nanti

Kalau itu pilihan kita, kita lakukan tetapi siap-siaplah pilihan itu ada Costnya, jadi menurut saya permasalahannya bukan berani apa tidak berani. Tetapi sekali kita memilih pilihan nanti dan itu posisi Indonesia secara resmi marilah kita siap-siap menghadapi kost itu, jangan sampai Pemerintah diminta untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat . Tetapi ketika kita mendapatkan kesulitan ekonomi secara instan kita disalahkan. Ya Pokoknya lawan Amerika Serikat tetapi jangan sampai ada implikasi apapun dibidang ekonomi dan sebagainya (illogical). Itulah nantinya yang dalam sebuah transparansi akan kami jelaskan. Oke, kalau pilihan kita ini, ini costnya, ini implikasinya. Oleh karena itulah Pemerintah tidak ingin gegabah, akan membangun sikap posisi yang setepat-tepatnya for the seek of depending of own national interest, jangan sampai ada perang di dunia lain yang menderita malah kita sendiri, kita perang sendiri artinya susah sendiri, marilah kita menjadi Bangsa yang cerdas kita memainkan peran kita untuk sebuah moralitas hubungan international tetapi jangan sampai salah atau gegabah didalam mengembangkan sikap kita, kita menjadi susah dan lebih susah dibandingkan dengan negara-negara yang berperang itu sendiri. Ini bisa terjadi oleh karena itu harus rumuskan secara baik-baik kita punya posisi.

In Posted meaning, ini biasanya teman-teman bisnis ini masalah opportunity creation, ini menarik dan saya senang kalau pengusaha didalam negeri, pengusaha pejuang mulai memikirkan kalau ada konflit di dunia lain dapat sesuatulah kita, bukan kita senang-senang ketika bangsa lain berperang, bukan. Tetapi saya beri contoh kongkrit di Kamboja, saya ke Kamboja tahun 1992 saya berbicara dengan calon Dubes, belum Dubes waktu itu, saya bertanya Pak kita dapat apa?, waduh kita tidak dapat apa-apa. Yang dapat itu Francis, Australia, Jepang, Thailand. Transportas, komunikasi, tambang, Indonesia gigit jari. Padahal Indonesia itu orang ketiga chief of Staff, Indonesia mengirimkan empat (4) batalion, Indonesian contingent, Indonesia mengirimkan Civilian Police, Kapolda Pohn Pehn dulu orang Indonesia. Indonesia luar biasa tapi tidak dapat apa-apa. Di Bosnia juga sama, saya di Bosnia dulu kita mengirimkan one engineer batallion, one medical batallion, Civilian Police, A Military surplus dan diakui di Bosnia nama kita harum tapi tidak dapat apa-apa kita. Tolong kalau kita berkontribusi mesti dapat, kebetulan kita tidak ikut-ikutan ini perang irak ini, tetapi kalau teman-teman pengusaha dapat luar biasa. Ya mudah-mudahan karena yang jelas kita berkontribusi saja dulu kurang cekatan, bukan berarti kesalahan pengusaha, mungkin informasi, mungkin peran Pemerintah waktu yang kurang dan sebagainya.

Dari situ maka yang terakhir adalah posisi, peran dan langkah diplomatik Pemerintah Indonesia yang jelas kita akan aktif di PBB, untuk mendorong PBB take charge, mendorong PBB untuk berpegang teguh pada Resolusi yang telah dikeluarkan sendiri. Kita akan aktif di Forum OIC (Organisation of Islamic Confrence), kita akan aktif disana menyatukan sikap berkomunikasi dengan Irak, dengan Amerika, dua-duanya dikasi tahulah akibat-akibat jika perang terjadi, di tingkat Gerakan Non Blok juga sama. Dan kegiatan diplomatik langsung bisa juga dilakukan ke Amerika Serikat. Jadi kalau Amerika Serikat mengatakan kami mendukung integritas teritorial anda di Aceh, kami dukung anda mengembangkan Daerah Otonomi Khusus di Aceh, tetapi mengapa anda tidak menempuh cara-cara wishful untuk Aceh I was thought by the US, by foreign countries, almost teman-teman di Luar Negeri selesaikan Aceh secara wishfull by the same token semangat ini bisa kita sampaikan kepada beliau-beliua. Dan ingat ya ini perang dengan Irak, jangan dibayangkan sama dengan perang dengan Afghanistan kemarin, jangan dibayangkan perang Irak tahun 1991. Sebelum pada saat setelah perang ini memerlukan suatu energi yang luar biasa, ini bisa kita gunakan sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan Amerika Serikat.

Minggu lalu saya bertemu dengan Dubes Boyce kita diskusi juga, Boyce menanyakan bagaimana pandangan Indonesia kalau Amerika menyerang Irak, saya sampaikan secara gamblang, terus terang, ya mayoritas tidak happy, minoritas bahkan akan menentang meskipun ada juga yang pro anda tetapi tidakkah bisa meggunakan PBB, tidakkah mengembangkan peluang yang masih ada sebelum keputusan perang diambil. Tadi malam dalam working dinner dengan Perdana Menteri Goh Chok Thong, Goh Chok Thong mengangkat masalah ini, kita diskusi bagaimana pandangan Indonesia kalau betul-betul Amerika Serikat menyerang Irak.

Diplomatik langsung kepada Irak juga penting, saya kira sama-sama tidak mudahnya Negara kita Indonesia dalam posisi sekarang ini dalam posisi yang sedang repot, kita juga belum sepenuhnya mengatasi persoalan dalam negeri kita untuk katakanlah membujuk Amerika dan Irak sesuatu yang tidak mudah, tetapi kewajiban kita sesuai dengan politik bebas aktif kita peran international Indonesia, hal-hal itu akan kita lakukan. Itulah hadirin sekalian suatu overview suatu pemetaan apabila Amerika Serikat menyerang Irak dan kemudian apa implikasinya pada tingkat global, regional, dan dalam negeri kita sendiri. Semoga pikiran saya yang telah saya sampaikan ini menambah rujukan nanti ketika diskusi dilanjutkan sesuai dengan topik-topik yang sudah diacarakan oleh panitia. Saya ucapkan terimakasih atas kesabaran hadirin sekalian untuk mendengarkan penjelasan saya, ucapan terimakasih kepada, LPSI, PDBI khusus kepada senior yang telah mengundang kami untuk bisa berkontribusi dalam seminar yang penting ini. Sekian, Wabillahi taufik walhidaya wassalamualaikum warah matullahi wabarkatu.

Jumat, 01 Agustus 2008

PIDATO SBY SEBELUM AMERIKA SERIKAT MENYERANG IRAK

REFLEKSI 5 TAHUN PERANG IRAK - SERI II

SBY dalam memandang sebuah kasus sangat complete dan integrated. Ini bisa dilihat dari pandangan beliau mengenai apa faktor penghambat dan pendorong AS menyerang Irak dan apa dampaknya, dibahas secara detail dalam pidato singkatnya. Sehingga kalau dilihat sekarang ketika beliau sudah menjadi Presiden, sangat jelas senjata utamanya dalam menghadapi permasalahan selalu berpijak pada landasan teori yang sempurna. Tetapi dalam tataran praktis tidak ada teori yang seratus persen benar bahkan bisa sebuah praktek keluar dari teori tetapi justru efektif.

Sikap hati-hati inilah yang memperlihatkan kepada public “seolah-olah SBY tidak tegas”. Sehingga ketika berhadapan dengan seorang JK yang gebrak dulu baru buat landasan teorinya – keduanya seolah-olah berseberangan.

Berikut ini adalah kelanjutan Pidato singkat SBY mengenai kemungkinan perang AS – Irak (seminar diadakan sebelum perang benar-benar terjadi- red) Ini merupakan refleksi 5 tahun perang AS – Irak yang sampai saat ini belum berakhir.

Kita bicara faktor penghambat, apa yang merintangi Amerika Serikat tidak serta merta menyerang Irak tapi sekaligus faktor pendorongnya apa? Yang bisa memanaskan pikiran Washington DC, kemudian mengambil keputusan untuk attact Iraq, good be today, good be tomorrow, good be next month dan seterusnya. Lantas baru kita masuk sisi implikasi, implikasi secara global seperti apa, secara regional juga seperti apa khususnya pada kawasan Timur Tengah. Implikasi terhadap Indonesia yang diinginkan oleh seminar ini juga seperti apa dan yang terakhir laporan saya kepada hadirin sekalian bagaimana sebenarnya posisi, peran dan langkah diplomatik Indonesia untuk mencegah perang Irak. Tentu kita akan punya posisi, sikap dan respons jika perang Irak terjadi, jika Amerika Serikat betul-betul menyerang Irak. Inilah enam agenda yang saya mohon bisa mengisi ruang diskusi pada hari ini, namun demikian karena waktu yang terbatas. Saya hanya ingin mengangkat secara singkat, secara garis besar highlightnya saja dan kemudian kami serahkan kepada forum ini untuk pendalaman nanti pada sesi masing-masing.

Perkembangan di Irak

Kalau kita jeli mengamati hari-hari terakhir, minggu-minggu terakhir Irak menurut saya cukup cooperatif terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB 1441. Yang kedua ada deklarasi (disclosure) dari program pembangunan persenjataan di Irak, betul tidak betul, akurat tidak akurat nomor dua tapi yang jelas ada deklarasi tentang itu. Kemudian sisi lain dari Irak, Bangsa Irak bersatu apakah persatuan itu dalam arti artifisial atau karena “The strenght of Saddam Hussein Leadership” itu juga nomor sekian, tapi itulah yang terjadi di Irak sekarang ini.

Sedangkan di Amerika, saya kira belum ada perubahan signifikan dukungan rakyat dan dukungan kongres sangat besar untuk Amerika bisa melakukan serangan terhadap Irak meskipun ada shift (ada pergesaran) sikap Washington, saya menganjurkan hadirin membaca dokumen resmi Washington yang disebut, dengan “US National Security Strategic” yang dikeluarkan tiap tahun. Tahun ini bulan Oktober dikeluarkan, ada pelunakan sikap-sikap dan pandangan Amerika dalam konteks terorisme dan Irak disini, namun persiapan perang terus berlanjut. Saya kira kalau kita memotret sekarang dari setelit dikawasan Timur Tengah paling kurang ada deployment, ada penggelaran, satuan-satuan darat, laut, udara Amerika Serikat di Diego Garcia di Turki, di Kuwait, di Saudi Arabia, di Bahrain, di Qatar, di United Arab Emirate dan di Oman. Jadi sudah relatif melingkar mengepung posisi Irak sendiri. Itulah perkembangan terkini di Amerika Serikat.

Wacana Global Bagaimana?

Pada tingkat Global saya kira hampir semua tidak menghendaki terjadinya perang di Irak, kemudian disana sini sudah mulai ada protes, ada gerakan-gerakan massa yang bersifat “Anti American Attitude” dari banyak kelompok-kelompok masyarakat di banyak negara. Kemudian yang formal, Negara-negara mendorong sekali lagi peran PBB untuk lebih memilih aksi-aksi multilateral dibanding aksi-aksi yang unilateral.

Kemudian PBB sendiri setelah kita tahu perkembangan Irak terkini, perkembangan Amerika terkini, pada global bagaimana di United Nation New York sendiri. Resolusi sudah dikeluarkan 1441 itu baru dua bulan yang lalu tepatnya 8 Nopember 2002, intinya ya perkuat peran PBB kemudian berikan kesempatan pada Irak untuk melaksanakan disarmament, kemudian yang ketiga, perang adalah jelas-jelas jalan terakhir yang bisa ditempuh. Jadi inipun menurut saya langkah yang maju dari Dewan Keamanan PBB. Kemudian tentu kita tahu Dewan Keamanan PBB tidak bulat yang memiliki hak veto saja; Prancis, China, dan Rusia juga tidak serta-merta bisa setuju dengan pandangan Amerika dan Inggris, ditambah dengan anggota tidak tetap. Kemudian inspeksi berjalan terus bahkan sekarang ada reinforcement terhadap inspektur dari PBB itu termasuk peralatan dan sarana mobilitas, itulah perkembangan terkini.

Yang kedua kita musti tahu mengapa dan apa kepentingan Amerika Serikat menyerang Irak. Ada yang mengatakan yaitu sebagai konsekuensi perang melawan terorisme, sebagian mengatakan bukan, karena ada permusuhan parmanent/permusuhan tajam antara pemerintahan Bush baik junior maupun senior terhadap Saddam Hussein. Jadi ini permusuhan terhadap rezim yang berkuasa, lantas ini karena Irak bagaimanapun juga devoloping weapon of mass destruction. Dan orang mengatakan “all politic is local” itukan kepentingan Bush untuk tahun 2005, jadi orang sedang melihat sebenarnya apa atau Why Amerika begitu insist untuk menyerang Irak.

Kalau kita lihat perang lawan terorisme memang Amerika mengatakan atau mengkategorikan Irak sebagai rough state, yang kedua Bush mengatakan berkali-kali “the enemy of the United States, the enemy of free world” adalah “terrorism and country that is harboring terrorism” atau “that is sponsoring terrorism”, barangkali pada pengelihatan Amerika Serikat, Irak termasuk itu meskipun kalau kita mengikuti dinamika politik dalam negeri Amerika Serikat selalu ada The Hawks and the Dove, elang kelompok hard liner dan kelompok merpati yang lebih mengutamakan cara-cara yang damai. Rakyat melihat pertentangan kedua kelompok di Washington DC itu, mengatakan kelompok elang tidak selalu benar meskipun juga tidak selalu salah. “Kalau mengatakan bahwa menyerang Irak karena betul-betul Irak itu negara teroris”, salah kata pengkritik kelompok elang itu, tetapi benar bahwa harus ada decisive action toward Iraq dalam waktu yang tidak terlalu lama menurut mereka. Kemudian kelompok Merpati mengatakan jangan sembrono, jangan salah, ini beda sekali dengan perang di Afghanistan kemarin beberapa bulan yang lalu dengan opensif menyerang Irak, disitu betul tetapi rakyat mengatakan anda salah kalau mengatakan mengatasi atau menghadapi Irak cukup dengan containment, dikepunglah, dinetralisasi.

Inilah yang sedang berlangsung juga tarik menarik Tag of War di Amerika Serikat sendiri. Permusuhan dengan rejim berkuasa, orang bertanya betulkah ini karena Irak Teroris, karena Irak punya senjata pemusnah massal apa karena kebencian yang luar biasa terhadap Saddam Hussein, sehingga “The objective is not about combatting terrorism tetapi to throughaway the existing regim, the existing goverment”. Lantas pemusnahan senjata pemusnah massal Irak ini juga belum titik, masih koma betulkah Amerika puas nanti ketika tim inspeksi PBB menyimpulkan, kesimpulannya a,b,c,d,f karena barangkali di mata Amerika Serikat it is not about inspections tetapi it is about disarmament, conflict disarmament, ini juga persoalan yang harus kita lihat sama-sama. Kepentingan politik domestik Amerika Serikat saya tidak ingin sampaikan, paham sendiri bahwa seorang pemimpin politik selalu ingin mendapatkan amunisi mendapatkan kredit untuk keberlangsungan kekuasaanya, sah-sah saja dinegara manapun juga.

Kemudian saya kira Pak TB. Silalahi akan mengangkat dan dalam diskusi nanti, what are the real objective of attacking Irak sekarang ini dari military persfektif. Kalau dulu perang teluk 1991 saya dengar beliau juga mengadakan seminar seperti ini, waktu itu saya sedang di Amerika Serikat justru di Fourth Levenders dan saya tahu setahun saya disana bagaimana cara pandang Amerika terhadap Irak dan bagaimana war machine itu dibangun dan bagaimana strategi serta konsep operasi dikembangkan waktu itu. Sasarannya jelas membebaskan Kuwait, memukul mundur Irak dari Kuwait sampai Kuwait menjadi aman, kawasan menjadi aman one single objective.

Oleh karena itulah ketika Schwarzskopf dulu sedikit ada perbedaan harus masuk ke jantung Irak, Collin Powel tidak setuju dan itu keluar dari objective, sama dengan Mcarthur dulu ketika beliau diberhentikan oleh Thurnman, Mcarthur mengatakan tidak cukup begini harus masuk kita ke dalam ke wilayah China kalau perlu untuk menuntaskan pembendungan Komunisme waktu itu, tetapi Thurnman tidak setuju dan Mcarthur harus meninggalkan posisinya. Sangat jelas, nah sekarang apa?, sekarang ini kalau kita bicara center of gravity apa, Presiden Saddam Hussein atau tentaranya atau apanya?. Lantas kalau kita culminating point berapa lama?, ingat Amerika itu, sekarang ingin short duration, low casualties, clearcut solution”, tidak mungkin perang bertahun-tahun, jadi mesti ada culminating point kalau lewat sebulan dua bulan tidak ada penyelesaian maka akan sangat repot.

Berikutnya lagi lines of operation saya kira pembangunan stage in pages, logistic mulai dari Cannes, Hawaii, Diego Garcia sampai dengan daratan Middle East bagian dari itu semua. Nah setelah kita lihat dari itu semua, apa sebenarnya yang ingin dicapai ini, to toppel down Saddam Hussein kah? Cukup itu? Atau total distruction dari malitary basis di Irak atau senjata-senjata utama mereka ini juga menarik untuk dibedah nanti oleh Pak TB. Silalahi. Itulah kira-kira why apa interest Amerika Serikat untuk kali ini menyerang Irak.

Yang berikutnya lagi adalah, ini analisis, prediksi tidak ada yang tahu besok seperti apa, lusa seperti apa yang tau hanya Allah SWT saja. Tetapi yang bisa kita pikirkan adalah fenomena, perkembangan pengalaman empirik, logika kita bisa menganalisis sebenarnya seberapa besar kemungkinan perang itu terjadi. Paling tidak ada tiga alat analisis yang dapat kita kembangkan; pertama, mana yang lebih besar faktor pendorong atau faktor penghambat, yang kedua terjadi tidak shocks ini complain Menteri Luar Negeri Irak tadi pagi ini bisa kita baca pesawat-pesawat Inggris dan Amerika menghantam beberapa lokasi dan kalau itu dibalas dengan Air Depense Irak dan berskala besar there it’s shocks yang bisa mempercepat, yang bisa mengeraskan sikap Washington. Jadi pertama kemungkinan besar akan menyerang kalau faktor pendorong lebih besar dibandingkan faktor penghambat, kalau ada shocks insiden atau clash militer yang signifikan dan yang terakhir apabila terjadi pengerasan sikap Washington. Saudara kenal Rumsfeld, saudara kenal Paul Wolfowizt, saudara Condolessa Rice, saudara kenal Dick Cheney meskipun saudara juga kenal Colin Powel dan lain-lain tinggal mana ini The Hawk sama The Dove ini.

Elliot Cohen Pak Juwono Sudharsono” (waktu itu Pak Juwono turut mendengarkan paparan SBY - red), itu mengatakan bahwa Rumsfeld itu mungkin belum tentu Menteri Pertahanan yang baik tetapi dia seorang Menteri perang, peperangan yang baik, not Secretary of Defense but he is a true Secretary of War”, kata Elliot Cohen kita lihat saja nanti sama-sama.

Tiga analisis silahkan dikembangkan nanti faktor penghambatnya menurut saya, bagaimana peran PBB sendiri, berapa jauh PBB secara efektif mengelola konflit ini. Tidak mudah, tidak selalu sukses PBB, kemudian bagaimana sikap kurang mendukung dari negara-negara sekutu AS kecuali Inggris. Kita lihat hampir semua sekutu AS kali ini kurang medukung ini juga faktor penghambat.

Sikap kurang mendukung dari negara-negara Timur Tengah tidak sebulat ketika perang teluk 1990 - 1991 another faktor penghambat, kemudian publik opinion dalam negeri Amerika Serikat yang tidak sepenuhnya mendukung meskipun statistik mengatakan masih kuat tetapi mulai ada pergesaran pelan-pelan, kemudian akan makin terhambat serangan Amerika terhadap Irak kalau tiba-tiba ada dramatic political changes di Irak yang menguntungkan Amerika.

Saya tidak mempunyai bayangan Presiden Saddam Hussein melunakkan sikapnya terhadap Amerika Serikat, saya tidak mempunyai referensi apapun tentang itu. Saya pernah berbicara dengan beliau tahun 1999 akhir. Sekarangpun ada konfrensi di London kalau tidak salah membicarakan post Saddam Hussein Iraq, bayangkan tambah marahlah kira-kira Presiden Saddam Hussein sudah ada seminar seperti itu.

Kemudian sekali lagi yang menghambat juga apabila ada Save in Washington Stances ini menarik, coba dilihat perkembangan di Amerika sebelum medio 2002 ini unilateralisme itu sangat kuat, serang, serang serang nah setelah lewat medio 2002 mulai ada pikiran-pikiran mengapa tidak menggunakan PBB, mengapa tidak kita berpikir tanggungjawab bersama, the coalition of the feeling misalkan ya, jadi multilateralisme-lah.

Itulah faktor-faktor yang boleh jadi menghambat keinginan atau kehendak Amerika Serikat untuk menyerang Irak, kalau kita lihat faktor yang mendorong, sikap Irak yang terus terang menentang sikap AS. Minggu lalu saya berada di Tokyo dan berada di Jenewa saya menelepon Pak Hasan Wirayuda setelah saya melihat tayangan CNN dan BBC betapa Saddam Hussein melakukan penantangan habis-habisan dan disambut dengan hal yang sama dari Amerika. Saya minta Pak Menlu tolong segera kumpul teman-teman disini, ajaklah Menhan segala macam mengantisipasi, tidak usah tunggu saya karena saya masih beberapa hari lagi siapa tahu waktu saya kemarin disana terjadi sesuatu, meskipun menurut prosedur dan mekanisme Dewan Keamanan PBB tanggal 27 Januari 2003 itu baru ada laporan tim inspeksi kepada PBB tetapi anything can happen sebelum itu kalau terjadi yang saya katakan tadi.

Yang kedua wait international support terhadap Amerika tentunya untuk menyerang kalau ada itu dan yang terakhir tadi kalau ada major military clash. Itulah kalau kita ingin melihat seberapa besar serangan ini betul-betul terjadi, lihat faktor-faktor itu. Sekarang saya ingin masuk pada implikasinya yang justru menjadi substansi utama dalam seminar ini. Yang jelas dapat kita lihat pada level global, pada level regional, terutama di Middle East dari kaca mata atau dampak terhadap politik terhadap ekonomi dan lain-lain. Bisa kita susun list yang panjang tentang implikasi ini, tetapi paling tidak ditingkat PBB akan ramai sekali kalau betul-betul ada serangan kali ini ke Irak. Orang mengangkat lagi masalah international, orang akan melihat UN chapters, piagam PBB lihat tujuan PBB itu apa harus mencegah penggunaan kekuatan militer, harus masuk dulu diplomasi, mediasi segala macam seperti itu. Kemudian chapter six, chapter seven yang diatur secara rinci. Attack morality, kemudian gerakan counter unilateralism, kemudian mana yang mengakibatkan trap to international peace and security. Sudah ada Polling di Eropa betul atau tidak betul mulai ada mana yang lebih berbahaya ini Saddam Hussein atau Bush, mana aksi yang bisa threatening international peace and security, ini sudah mulai bergeser, belum tentu Saddam Hussein bisa saja Bush. Ini mengatakan bahwa akan ada debat yang luar biasa nanti pada tingkat PBB dan tingkat global.

Pada tingkat Regional, yang memahamidan mendalami tentang politik atau percaturan regional di Timur tengah maka akan terjadi political divisions yang tajam kalau Amerika benar-benar menyerang Irak antara yang pro AS dan anti AS, kemudian mungkin conflit yang tadinya hanya di Irak akan meluas dengan cepat di wilaya-wilayah yang lain, mungkin akan ada clash baru di Palestina, Israel dan Palestina dan di tempat-tempat lain dan diramalkan bisa mendisteblishing a whole region Middle East. Ingat bahwa sejarah Timur Tengah bukanlah sejarah yang penuh dengan kedamaian. Ada rivalitas, ada perbedaan aliran keagamaan, ada perbedaan etnis, ada perbedaan kedekatan dengan barat, tidak sama negara-negara itu. Itu sudah pluralisme yang apabila ada faktor baru bisa menjadi faktor disintegrasi yang sangat dasyat, itulah yang bisa terjadi.

Kemudian pada tingkat Global, global security, hampir pasti terorisme meningkat dibanyak tempat, dan hampir pasti aset Amerika, orang-orang Amerika akan menjadi sasaran terorisme baru apabila itu terjadi dan mungkin akan terjadi political upheaval atau violence di negara-negara Islam termasuk di Indonesia akan ada gelombang-gelombang protes yang luar biasa.

Nantikan Seri Terakhir......


PANDANGAN SBY MENGENAI SERANGAN AMERIKA SERIKAT KE IRAK

REFLEKSI 5 TAHUN PERANG IRAK - SERI I

Pada akhir tahun 2002, Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) mengadakan Seminar dengan tema “Dampak (Kemungkinan) Serangan AS – Ke Irak dalam Bidang Politik Keamanan dan Ekonomi” bekerja sama dengan Lembaga Pengkajian Strategis Indonesia (LPSI) yang saat itu dipimpin oleh Rudini dan TB. Silalahi. Seminar itu diadakan sebelum serangan Amerika Serikat ke Irak yang waktu itu masih prokontra apakah perlu atau tidak.

Sebenarnya seminar ini adalah nostalgia TB. Silalahi yang pada serangan AS pertama tahun 1990 TB. Silalahi memprediksi dan menganalisis serangan Amerika ke Irak yang dipimpin oleh Goerge Bush senior ayah Goerge W. Bush dengan sangat akurat di Harian Sore Suara Pembaharuan.

Bekerjasama dengan PDBI diadakanlah seminar membahas dampak serangan AS ke Irak serta pengaruhnya pada Politik dan Perekonomian Indonesia. Saat itu keynote speakernya adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat Menteri Pertahanan dan Politik di Kabinet Megawati. Bagi saya, itu adalah pertama kali melihat dan bersalaman secara langsung dengan SBY yang berpostur tinggi gede, dan ganteng. Saya menyambutnya di Lobby Hotel Borobudur dan memandunya ke ruang tempat seminar yang dihadiri kurang lebih 300 orang. Dalam seminar itu ada Juwono Sudharsono, Christianto Wibisono teleconference dari AS dan moderatornya adalah Sabam Siagian, sedangkan ekonom ada Pande Raja Silalahi dari CSIS dan Dr. Sri Adingsih dari UGM.

Semua peserta tertegun mendengar pidato SBY yang kala itu persis seperti kuliah umum, dan waktu yang diberikan hampir satu jam, tetapi yang saya lihat tidak ada tanda-tanda kebosanan dari peserta yang rata-rata kalangan pers, tokoh politik, ekonom dan pengusaha. Waktu itu saya sendiri terkagum-kagum dan memuji dalam hati betapa pintarnya beliau ini. Kata-katanya tegas, intonasi suaranya tertata rapi, sehingga waktu yang hampir satu jam itu berlalu dengan begitu cepat. Beda dengan pembicara lainya yang menyusul kemudian terasa lebih lama dengan porsi waktu yang lebih sedikit.

Berikut ini adalah kutipan langsung pidato SBY:

Assalamualaikum Warah Matullahi Wabarkatu

Selamat pagi, Salam sejahtera.

Yang saya hormati, Bapak Rudini, Bapak Juwono Sudarsono, Bapak TB. Silalahi, Bapak Sabam Siagian, Hadirin peserta seminar yang berbahagia. Pada kesempatan yang baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, ijinkan saya mengajak hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa Allah Syubahana Wata Allah atas rahmat dan ridonya kita dapat bertemu untuk berdialog dan berdiskusi atas sebuah topik yang menurut saya sangat penting, “Dampak (Kemungkinan) Serangan AS terhadap Irak terhadap Politik, Keamanan dan Ekonomi Indonesia.

Tadi waktu kami bercakap-cakap di ruang tunggu saya laporkan kepada beliau semua (Pak Rudini, TB. Silalahi, Juwono Sudarsono – red) tentu saya akan datang dan Alhamdulillah saya bersama dengan hadirin sekalian dalam seminar ini karena dua hal: yang pertama, topiknya sangat timely (tepat), sebagai sebuah antisipasi terhadap langkah-langkah pada tingkat global yang memiliki implikasi dan pengaruh kepada keadaan dalam negeri kita, yang kedua saya katakan, yang mengundang para senior saya. Jadi kewajiban saya untuk datang, dan yang hadir juga sahabat-sahabat saya disini, saya kira forum yang baik untuk saling bertukar pikiran dan berdiskusi.

Hadirin sekalian yang saya hormati.., tentu saya akan menyampaikan pandangan-pandangan yang sifatnya sangat umum karena saya tahu nanti ada kupasan-kupasan yang lebih spesifik. Pak Juwono saya baca disitu akan mengupas dalam dimensi global tatanan dunia kalau terjadi serangan Amerika terhadap Irak, Pak TB Silalahi akan melihat dari perspektif Strategi Militer, strategi perang kurang lebih begitu, lantas Ibu Sri Adiningsih akan melihat bagaimana implikasinya terhadap dunia usaha di Indonesia dan Bung Cristianto Wibisono kalau tidak keliru akan mengangkat, memotret bagaimana sebenarnya opini publik di Amerika sendiri. Saya kira kumpulan dari pandangan-pandangan spesipik itu akan sangat berguna untuk mengkonstruksikan sebenarnya apa yang akan terjadi nanti kalau betul-betul Amerika akan menyerang Irak.

Dan yang lebih penting implikasi terhadap Indonesia. Saya hanya ingin menyampaikan pikiran yang sederhana dan yang saya sampaikan ini, rekan-rekan, hadirin yang saya hormati adalah tentunya pengamatan seorang praktisi dimana saya bersama teman-teman di kabinet ikut juga menggarap kebijakan luar negeri Indonesia terutama tiga tahun terakhir ini, terutama sekali saya memiliki pengalaman empirik bagaimana respon posisi Indonesia ketika Amerika Serikat menyerang Afghanistan beberapa bulan yang lalu dan kemudian, saya punya pengalaman pribadi waktu bertemu dengan Presiden Saddam Hussein waktu saya menjadi Menteri Pertambangan dan Energi. Satu setengah jam saya berbicara dengan beliau, saya paham betul what’s in his mind sebetulnya dan kemudian, tentu kami juga punya pengalaman bertemu dengan Presiden Bush. Tanpa bertemupun saya kira saya sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Presiden Bush, memandang dunia, memandang Irak, memandang persoalan terorisme pada tingkat global.

Ada beberapa agenda yang secara singkat ingin saya kedepankan sekali lagi sebagai salah satu rujukan, karena selebihnya akan dibedah nanti secara lebih kongkrit dan lebih mendalam pada masing-masing sesi. Tetapi agenda-agenda ini perlu saya kedepankan untuk memastikan bahwa yang kita lihat ini utuh, melihat masalah harus komprehensif, agar kalau kita ingin mencari opsi atau solusi juga komprehensif.

Sebagai pengantar saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk mencoba memahami sebenarnya fenomena atau perilaku kedua negara ini. Amerika Serikat termasuk fenomena dan perilaku Irak dibawah Saddam Hussein. Pemahaman kita terhadap sosok kedua negara ini penting, nanti ketika kedua bangsa ini terlibat dalam suatu peperangan katakanlah, atau interaksi diantara kedua karakter dan perilaku Amerika Serikat dan Irak. Kalau saya sedikit mundur review saja sebenarnya apa yang dilakukan Amerika sekarang ini sangat dipengaruhi oleh dua perubahan besar pada tingkat dunia, pada abad XX ini.

Kita ketahui bahwa pada abad XX paling tidak ada tiga historical discontinuities atau shocks yang mengubah jalannya peradaban, kebudayaan dan perkembangan negara-negara di tingkat global. Shocks yang pertama ketika bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Berubah total bagaimana sistem, konsep dan doktrin pertahanan. Shocks yang kedua ketika tembok Berlin runtuh, berubah total anatomi konflik pada tingkat dunia. Shocks yang ketiga ketika WTC rontok, nah yang dilakukan Amerika sekarang ini atau bagaimana perilaku Amerika sangat dipengaruhi oleh dua tonggak terakhir. Runtuhnya tembok Berlin dimana universal values menjadi sebuah keniscayaan dan Amerika memelopori untuk memberikan sanksi kepada warga dunia yang menolak universal values sehingga disebut inforceable universal values dan kemudian pasca 11 September Amerika juga yang memelopori gerakan sedunia untuk campaign against terrorism. Melihat Amerika, memandang Irak sekarang ini harus paling tidak diletakkan dalam dua dimensi itu.

Hadirin sekalian yang saya hormati, menarik saya menganjurkan ada beberapa buku yang terbit tahun 2002 ini, yang kalau ada waktu senggang bisa dibaca secara cepat. Tetapi untuk mengerti lebih dalam lagi sebenarnya, bagaimana letak Amerika dalam percaturan global ini, bagaimana negara dan bangsa lain memandang Amerika dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Yang pertama saya catat disini ada buku yang berjudul “The Paradoks of American Powers”. Why the world only superpower cannot go it alone?, ini tulisan Joseph Nail Jr. Intinya, Amerika meskipun anda kuat masuklah dalam rambu-rambu multilateralisme jangan melaksanakan langkah-langkah sepihak unilateralis.

Yang kedua “The end of American Era”. US foreign policy and the Geopolitic of 21­­­­st Century ini sama Charles Kutchen mengatakan bahwa Internasionalisme Amerika toh juga ada batasnya apalagi sekarang Amerika bukan menghadapi Timur Tengah saja, bukan menghadapi Asia Timur saja, tetapi juga menghadapi Eropa, New Integrated Europe yang boleh jadi tidak selalu sama pandanganya dengan Amerika. Amerika diingatkan dalam buku ini.

Buku yang ketiga adalah “The hight cost of peace”. How Washington middleeast policy left America vulnarable to terrorism, saya kira jelas sekali tanpa saya jelaskan sangat bisa dibayangkan isi buku ini. Kemudian buku yang populer saya kira di semua toko buku ada, Why do people hate America?, menarik ini terbitan 2002, kemudian yang terakhir ini mungkin bisa dilihat “What does the World Want from America?, the international persfectif on US foreign policy, ini kumpulan tulisan tetapi menarik disitu bahwa dunia itu mengharapkan Amerika itu sebagai global partners bukan global cop, bukan polisi dunia.

Bangsa lain mengharapkan justice for all berlaku juga bagi negara-negara besar termasuk Amerika, ada yang berpendirian Amerika sebaiknya jangan meletakkan sebagai komandan tetapi harus masuk first among equals, diakui bahwa Amerika kuat secara politik sangat berpengaruh, kuat secara ekonomi, kuat secara militer namun demikian lebih bagus seperti kata tadi itu first among equals sehingga nyaman hubungan dengan negara-negara lain. Ini sekedar overview untuk melihat gambar besar suatu Dinamic of International Politic, dengan era baru pasca perang dingin dan pasca runtuhnya WTC di New York.

Hadirin yang saya hormati ada beberapa agenda yang secara sangat-sangat singkat akan saya sampaikan yang pertama, kalau kita ingin membedah bagaimana dampak serangan Amerika Serikat ke Irak terhadap politik, kemanan dan ekonomi Indonesia maka, yang harus kita pahami perkembangan terkini baik itu di Irak, di Amerika maupun pada tingkat dunia. Dan kita ingat ini terus-terus berkembang, very dinamic. Yang kedua, sebenarnya mengapa dan apa kepentingan Amerika Serikat menyerang Irak, jangan keliru kita.. Floswizt mengatakan guru saya pak TB. Silalahi!, War is a continuation of politics by other means, Pak Juwono sudah sering mengatakan hal seperti itu. Betulkah ini kepanjangan dari politik Amerika Serikat atau ada faktor-faktor yang lain. Yang ketiga seberapa besar kemungkinan Amerika Serikat menyerang Irak?.

To be continue……………….