Jumat, 14 Desember 2007

BUAT KITA YANG TIDAK TUNA NETRA

Salam damai dari saya kepada anda yang merayakan Hari Natal. Semoga Natal ini membawa berkah yang baru untuk memulai tahun yang baru 2008. Tetapi sebelum menutup tahun ini izinkan saya mengutarakan pengalaman saya dalam perayaan Natal yang aku hadiri dan sekaligus menjadi Natal pertama di tahun 2007.

Tanggal 12 Desember 2007, Persekutuan Anak Domba Allah mengadakan Natal di lingkungan tempat kerja gua, gua tidak perlu sebut nama perusahaannya, sebab tujuan saya bukan untuk iklan. Okelah, saya mulai saya pengalaman pribadi yang sangat mengharukan.

Ibu, ...!! kau sungguh baik
Kau adalah pelita hatiku, selama sembilan bulan aku kau kandung
Engkau lelah tapi tidak mengeluh
Engkau berharap aku lahir dengan sempurna

Ibu, kau sungguh kukagumi
Sekalipun wajahmu tidak pernah kulihat seperti apa

Ibu aku mengasihimu, dan menyangimu, walaupun ku tahu engkau tidak menginginkan keadaanku
Aku tidak bisa melihat indahnya dunia
Tapi aku masih bisa merasakan kasihmu

Ibu, aku tetap bangga kau lahirkan ibu...!!
sekalipun dengan tidak melihat...

Inilah kutipan puisi yang aku ingat, karena keburu air mataku tumpah
Sebagai lelaki, ini tentu sangat cengeng tetapi mau bilang apalagi
Kata-kata sederhana itu langsung menusuk jantungku
Tidak terlalu indah suaranya
Tidak seperti seorang Rendra, atau Taufik Ismail, atau seperti Riene Dyah Pitaloka, atau seperti Tamara Blezensky yang sudah matang dalam teknik-teknik intonasi membaca puisi sehingga terdengar indah

Kali ini anak Tuna Netra yang membaca puisi itu, jelas-jelas masuk kehatiku
dan menumpahkan air mata
Tidak hanya aku, tapi hampir 100 orang yang hadir dan mendengar puisi itu, larut dalam kesedihan, menengok ke bawah karena mata sudah terlanjur basah kuyup

Puisi singkat dari seorang pribadi yang tidak pernah melihat indahnya matahari, indahnya gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, atau seperti apa rupa monyet, dan seperti rupa ayam, atau seperti apa bunga.

Ia juga tidak pernah melihat rupa Ibunya seperti dalam puisinya
Tetapi diakhir puisinya ia, masih bisah berkata aku mengasihimu Ibu dan aku bangga memilikimu Ibu.

Selamat Natal, semoga kita yang bisa melihat warna-warni bumi, gejolak bumi, dan gerak-gerik mahluk hidup, bersyukur seperti anak Tuna Netra yang bisa bersyukur kepada Tuhan atas kelahirannya yang tidak sempurna.

Tidak ada komentar: