Senin, 18 Februari 2008

RIBKA*

Menjulurkan lidahmu, mata membelalak, air liurmu berserak

Berteriak, kaku, tidak berjiwa, tanpa rasa, tertawa, menangis, dan merangkak

Kakimu tidak kokoh menopang tubuhmu, dan pikirmu terbang seperti angin


Aku tak akan menangis apalagi harus meratap kepergianmu

Tidak ada yang bisa kukeluhkan kepada Tuhan

Engkau lahir juga karena kehendakNya, dan pergi juga atas restuNya

Aku hanya menyaksikan hari-harimu 2 atau 3 kali dalam rentang 20 tahun masamu

Perih, penuh tanda tanya, bermenung, sampai kemudian lupa


Hari ini kau pergi juga karena ada masa lalu

Dan masa lalu itu memberiku kabar ini

Bahwa kau telah pergi untuk selama-lamanya


Mungkin ada yang tertawa, ada yang bebannya terlepas

Ada yang bersyukur, juga mungkin ada yang menangisimu

Dan ada yang bertanya, mengapa kau hadir? Hidup berpuluh tahun dan kemudian pergi dalam susah perih dan payah terpahat getir diingatan mereka

Sedangkan aku, aku hanya merenung, tak ada keluh, dan pasrahku sampai disini saja


Seolah-olah ayahmu pergi karenamu

Seolah-olah ibumu mendahuluimu demi sebuah rumah bagimu

Apakah kau harus dipapah kelak di surga?


Kepergianmu bagiku adalah misteri

Tidak untuk diperdebatkan, meski kadang penuh tanya

Mengapa kau lahir hanya untuk pergi saja,

Menoreh luka, menancapkan jejaring kenangan pahit

Masa-masa penuh dengan aroma kepedihan bukan sehari, berpuluh tahun

Sungguh bukan masa yang melelahkan dan getir

Menenun kenangan demi kenangan bagi orang-orang yang kebetulan sedarah denganmu

Sedangkan bagiku yang jauh, dan hanya diikat oleh masa lalu saja, aku tak habis pikir, betapa setia orang-orang itu


Apakah mereka senang, benci, kesal, mungkin menikmati?

Pasrah atau sudah kutuk yang tak terelakkan?

Tidak hanya air mata, keteguhan hati mengeras karang


Sungguh aku ingin menangis, dalam setia dan teguh kukuhnya hati mereka

Akarmu tercerabut, hingga kau pergi adalah kebebasan

Kebebasan yang memilukan, tak tertangisi


Temuilah mereka, yeng membuatmu lahir

Sudah lebih dahulu membangun rumah untukmu

Entah ia tidak tahan, lalu turun tangan mencerabut nafasmu

Sehingga tubuh kakumu tidak lagi untuk beban

Bebas terbang diangkasa dan surgamu

* Lahir cacat, setahun lalu ibunya meninggal, umurnya sekitar 22 tahun

Tidak ada komentar: