Rabu, 13 Februari 2008

RICORDATI DI ME DAN POLITIK MENJELANG PILPRES

Ada fenomena menarik satu tahun menjelang pemilu 2009. Kondisi mulai memanas, tokoh-tokoh politik bermanuver, ada saling lempar kritik, ada iklan-iklan yang berujung pada kampanye. Indonesia bisa diibaratkan seperti kisah yang digambarkan film produksi tahun 2003 yang berjudul Ricordati Di Me (Remember Me), film ini dibintangi oleh Monica Bellucci, Fabrizio Bentivoglio dan Laura Morante. Film yang sarat dengan pesan yang pas dengan kondisi Indonesia saat ini.


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kita anggap saja sebagai Fabrizio Bentivoglio dan istrinya Jusuf Kalla diperankan oleh Laura Morante, ada orang ketiga yakni Monica Bellucci yang adalah kekasih lama Fabrizio atau kita andaikan saja sebagai “selingkuhan politik”, dan anak-anaknya adalah menteri-menteri yang bermanufer, unjuk gigi, tebar pesona agar bisa naik jabatan, minimal tetap jadi menteri atau malah naik jadi wakil presiden.


Dalam film ini digambarkan seorang SBY, seperti tidak dihargai keberadaanya walau sudah bekerja keras (bahkan pernah ada statement, bekerja siang malam – memeras keringat) tetapi “dibentak-bentak” oleh pengamat, rival politik, tokoh partai, pers dan bahkan sang istri (Jusuf Kalla) “kurang setia” alias berperilaku selingkuh dengan tokoh lain, yang membuat SBY merasa muak dan ingin bercerai.


Suatu ketika SBY bertemu dengan kekasih lamanya Monica Bellucci, kita andaikan saja tokoh ini belum kelihatan sampai saat ini, (namanya juga “selingkuhan politik”) mungkin tokoh ini akan muncul dimuka publik 3 bulan menjelang pilpres, tetapi karena muak dengan pemerintahanya, ia pergi menjalin hubungan intensif dengan “selingkuhan” tadi yang sangat menghargai jasanya, usahanya, dan terutama bakat menulisnya yang hebat.


Sementara sang istri (Jusuf Kalla – Laura Morante), rajin mengasah bakatnya bermain teater politik, sampai lupa mengurus menteri-menteri (anak-anak Fabrio & Laura) dan lebih dekat dengan sutradara yang melatihnya, akibat kedekatan yang intens, seperti biasa, niat selingkuhpun tumbuh. Tapi sungguh malang menjelang pilpres yang semakin mendekat ternyata “sutradara politik itu” adalah gay.


Apa boleh buat usaha yang dikeluarkan bertahun-tahun bermain bersama dengan sutradara politik, ternyata hanya merusak keluarga yang sudah terbangun baik, pertumbuhan ekonomi sudah bagus, stabilitas keamanan sudah bagus, hanya kesejahteraan keluarga belum bertambah alias masih jalan ditempat (menari poco-poco, kata salah satu sutradara politik!!), ambruk karena manufer suami – istri. Akibatnya masing-masing menteri berinprovisasi sendiri, ada yang selingkuh, ada yang belajar membangun rasa percaya diri, rakyatpun tak terurus semua ingin berlomba.


Tetapi Kisah Ricordati Di Me berakhir dengan happy ending, terutama karena kekuatan hati Laura Morante yang kecewa dengan cara hidupnya dan ingin bertobat sebelum terlambat, ia berusaha mencintai suaminya (Fabrizio Bentivoglio) yang sudah pindah kelain hati. Segala upaya dilakukan, terutama mengajak kedua anaknya agar keluarga yang sederhana itu bisa bertahan walaupun sudah sama-sama tahu kebobrokan masing-masing. Laura Morante mengajak suaminya untuk bertahan, yang diiringi dengan pertengkaran hebat dan berujung pada tabrakan hebat. Tabrakan ini pula yang menyadarkan mereka akan pentingya kebersamaan dan kekeluargaan. Diakhir cerita Fabrizio sukses sebagai penulis, Laura sukses sebagai pemain teater sedangkan putrinya sukses sebagai bintang televisi dan sang putra lelakinya sukses sebagai juara di tempat kuliahnya.


Rumah yang bahagia pada awalnya bisa berubah bila salah satu dari anggotanya kehilangan semangat memiliki, dan ruh memiliki ini akan hilang karena ada masalah, terutama karena tidak adanya penghargaan atas segala upaya dan kerja keras masing-masing anggota keluarga.


Bila dihubungkan dengan kondisi politik Indonesia menjelang Pilpres tahun 2009, cerita ini sangat cocok dengan setting Indonesia. Adanya pernyataan Muladi salah satu sesepuh Golkar bahwa Golkar akan tetap mencalonkan SBY – JK pada pilpres, jelas mengarah kepada SBY – JK yang selama ini dianggap tidak akur. Pembelaan Jusuf Kalla atas kritik Megawati bisa dianggap bahwa JK “ingin bertobat” dengan manuver politiknya dan bisa dibaca., pernyataan Muladi bisa menjadi kenyataan di pilpres 2009 nanti.

Akankah Pilpres 2009 akan berakhir seperti happy ending Ricordati Di Me atau scenario akan berubah, kita tunggu saja.

Tidak ada komentar: