Selasa, 24 Juli 2007

Sekilas Tentang Sopo Godang

Sopo Godang dapat diartikan sebagai rumah besar, berasal dari bahasa Batak yang biasanya digunakan sebagai tempat pesta atau acara-acara besar mulai dari pesta perkawinan, Ulang Tahun atau pertemuan-pertemuan besar yang melibatkan banyak orang.

Yang unik Sopo Godang adalah milik umum, dan dipakai oleh umum. Tidak seperti terjamahan bebasnya "Rumah Besar" Sopo Godang adalah semi dari Rumah biasa yang ditempati oleh manusia. Sopo Godang biasanya terdiri dari ruang besar yang bisa menampung banyak orang.
Mengapa saya menamakan blog ini dengan sopo godang?, alasan utama adalah dua kata ini mengandung makna yang besar bagi saya, begitu banyak pengetahuan dan begitu banyak latar belakang tetapi bisa menyatu bahkan bisa menghasilkan keputusan untuk kepentingan bersama inilah mengapa sopo godang saya jadikan sebagai judul blog ini.

Saya lahir dari keluarga sederhana dengan 5 bersaudara, ayah saya tamatan Sekolah dasar demikian juga ibu saya. Tetapi anak-anaknya dari nomor satu hingga nomor lima bisa disekolahkan hingga tamat sarjana. Sekalipun dua diantaranya hanya tamatan SMA saja.

Aku dibentuk oleh dua hal, pertama adalah keluarga dan kedua adalah lingkunganku, keluargaku membentukku menjadi sosok yang sederhana, bisa hidup menderita dan koneksi tidak terlalu "wah" alias orang-orang biasa saja dengan ruang lingkup penambahan ilmu yang juga terbatas.
Setelah tamat dari UNIKA ST.THOMAS Medan tahun 2000, saya merantau ke Jakarta dan mendapati sebuah lembaga yang saya sebut sebagai Think-Thank terkemuka yang dimiliki negeri Indonesia pada era tahun 1980-an dan 1990-an yang didirikan oleh Drs. Christianto Wibisono atas prakarsa Mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik dengan nama Pusat
Data Bisnis Indonesia (PDBI).

Dari awal saya senang menulis, berbagai hal saya tulis karena mulut saya memang agak pelit dalam berkata-kata terutama yang berbobot. Maka ketika saya diterima di PDBI, saya bahagia bukan main - testnya sih biasa-biasa saja. Saya katakan demikian, karena saya sudah gagal 7 kali dalam seleksi penerimaan karyawan di berbagai perusahaan. Jadi test di PDBI adalah yang tergampang dan akhirnya saya diterima pada Juli 2001.

Tetapi sang Mentor Drs. Christianto Wibisono tidak disana lagi, sudah terbang ke Amerika mengasingkan diri setelah keluarga besarnya diteror dalam kerusuhan Mei 1998. Maka Pak Chris hanya menjadi "remote mentor" mengawasi PDBI lewat internet saja.
Saya kemudian dibimbing sang pakar Conglomeration di Indonesia yaitu Bung Thomas Wibisono, kemenakan Pak Christianto Wibisono. Saya merasa seperti di rumah sendiri bebas berpikir hingga tak terbatas.

Enam tahun berlalu saya berpikir terlalu bebas sehingga tidak ada satu halpun yang bisa saya andalkan. Saban hari saya dihadapkan pada fakta-fakta berupa data, yang pada akhirnya saya menjadi tumpul soal kreativitas, saya mencari dan disuguhi data-data dari berbagai sektor bisnis tetapi tidak mampu saya kembangkan menjadi sebuah informasi utuh yang sangat berguna kecuali saya mengekor dari sang pembimbing saya. Lahirlah apa yang disebut dengan AFTA book, TOP 500 perusahaan di Indonesia dan menjadi broker data.

Bakat menulis saya sepertinya tidak berkembang ditempat yang seharusnya menjadikan saya penulis yang hebat. Dengan segudang data seharusnya aku mampu menimal satu karya yang bisa dipublikasi, tetapi 6 tahun berlalu yang menumpuk justru hanya penyesalan yang membuat saya menjadi tidak percaya diri dalam menghadapi hidup ini.

Sopo godang ini saya jadikan menjadi "Rumah Untuk Berpikir" untuk membayar semua utang-utang saya yang tidak terbayar, selama 6 tahun tidak mempublikasikan satu tulisanpun. Aku sebenarnya pernah mengirim beberapa tulisan ke koran-koran terkemuka beberapa kali tetapi tidak ditanggapi sekalipun kecuali cerpen saya dikembalikan oleh Kompas dengan alasan tidak ada ruang untuk memuat.

Saya sadar tulisan saya masih jauh dari berbobot, seperti tulisan-tulisan yang saya anggap dewa dalam menulis seperti Christianto Wibisono atau Kwik Kian Gie atau tulisan-tulisan sekelas Sadli, Soemitro atau katakanlah penulis muda berbakat Ulil.

Aku punya begitu banyak pemikiran, apa salahnya kalau kutulis, tidak peduli apa penting apa tidak, yang penting aku tulis saja agar hasratku terpenuhi, soal kualitas nanti mungkin akan semakin terasah menjadi tulisan yang tajam atau setidaknya bisa mengiris persoalan atau menyinggung atensi orang lain.

Internet era ini lewat blog ini aku berusaha mencairkan pemikiran-pemikiran yang membeku di kepalaku dan ingin kucairkan menjadi curahan hati lewat blog ini.
That's the reason why I launch this blog, to cover my idea so people can read and if they didn't read at least my posterity in future can surf the internet and will found my name and my writing.

1 komentar:

Rahmat Febrianto mengatakan...

Pak Hepontinus, bapak dulu kerja di PDBI? Dulu saya pernah datang ke sana (2003/2004) untuk mencari data untuk tesis saya. Saat ini saya kehilangan alamat dan telpon PDBI dan sedang membutuhkan alamat dan telponnya untuk riset seorang teman. Apakah saya bisa mendapatkan alamat dan telpon PDBI? Mohon kalau bisa dikirim ke email saya rangkayobasa@yahoo.com. Terimakasih, pak.