Jumat, 25 Januari 2008

MENGUKUR PELUANG TRI TAMTOMO – BENNY PASARIBU

Pendaftaran calon Gubernur Sumatera Utara periode 2008-2013 ditutup pada tanggal 24 Januari dengan lima pasang calon, antara lain: HM Ali Umri/H. Maratua Simanjuntak (Golkar), RE Siahaan/Suherdi (PDS,PKB,PIB, PBSD, PPD, PNBK, Partai Pelopor dan PNI Marheinisme), H.Syamsul Arifin, SE/Gatot Pudjo Nugroho (PPP, PKS, PBB, Partai Partior Pancasila, PKPB, PKPI, PSI, PNI Marhaenisme, PDK, PPDI dan PNUI), H.Abdul Wahab Dalimunthe/H.Raden Muhammad Syafi'i (Partai Demokrat, PAN dan PBR) dan pasangan Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo/Benny Pasaribu (PDIP).


Yang menarik tentu adalah pasangan calon dari PDIP, salah satunya partai yang mencalonkan militer. Sumatera utara tercatat dalam 20 tahun terakhir selalu dipimpin oleh seorang Gubernur yang berlatar belakang militer. Terakhir adalah Mayjen Tengku Rizal Nurdin yang meninggal dunia dalam musibah jatuhnya pesawat Mandala Airlines beberapa tahun yang lalu. Ia kemudian digantikan oleh Rudolf Pardede, yang juga ketua PDIP Sumut.

PDIP masih beranggapan bahwa Sumut masih butuh figure militer karena Sumatera Utara adalah salah satu barometer politik nasional. Ini terlihat dari tiga militer aktif yang sempat meramaikan calon dari PDIP antara lain, Wakasad Letjend Cornel Simbolon, dan deputi Menkopolkam Chairuman Harahap. Tetapi calon sudah ditetapkan dan yang terpilih adalah Mayjen Tri Tamtomo kakak kandung dari Bambang Hendarso Danuri (Kabareskrim) yang juga sempat menjadi Kapaldasu 2005-2006. Tri Tamtomo hampir empat tahun menjabat Pangdam Bukit Barisan dan media sering membuat marga dibelakang namanya “Panggabean”, yang tentunya ini berkaitan dengan The God Fathernya Sumatera Utara Olo Panggabean.

Tri Tamtomo juga sering dikaitkan ikut berperan dalam peristiwa penyerbuan kantor PDI pada 27 Juli 1996. Ini sama dengan kasus Sutiyoso yang kemudian justru didukung oleh PDIP dalam pemilihan Gubernur DKI. Bagi PDIP adagio ‘tidak ada lawan kekal’ barangkali masih berlaku. PDIP pusat memang punya perhitungan matang siapa yang layak dicalonkan. Mengapa Cornel Simbolon terpental dari pencalonan PDIP, bisa diduga karena Cornel Simbolon dekat dengan SBY. Padahal Cornel Simbolon yang asli putra daerah tentu jauh lebih berpeluang untuk menang dibanding Tri Tamtomo yang bukan putra asli daerah Sumut. Sedangkan Chairuman Harahap, kurang populer dimata masyarakat Medan.

Kalau dilihat dari komposisi kelima pasangan di atas, pasangan Tri & Benny adalah pasangan terkuat yang akan memenangkan pertarungan Pilgub pada April mendatang dengan asumsi bahwa semua pemilih PDIP memilihnya. Hal ini bisa dilihat pada pemilihan Presiden tahun 2004 yang lalu pasangan Mega – Hasyim menang di Sumut dengan perolehan suara 39,9% dari total pemilih 7,9 juta orang. Hal ini tentu hanya analisis sederhana saja.

Sedangkan kalau dilihat dari komposisi etnis Sumut, terdiri dari Jawa 33,4% Toba – Karo 25,62%, Mandailing 11,27%, Nias 6,36%, Melayu 5,86%, China 2,71%, Minang 2,66%, Simalungun 2,04%, Aceh 0,97%, dan Pakpak 0,73%. Sedangkan komposisi agama Islam 65,45%, Protestan 31,40%, Katolik 4,78%, Budha 2,82%, dan Hindu 0,9% (dikutip dari Kennorton@bacatulis). Dengan komposisi seperti ini pasangan Tri dan Benny bisa dianggap moderat. Tri Tamtomo adalah orang Jawa beragama Islam, Benny adalah orang Batak beragama Kristen. Tetapi bisa digerogoti oleh pasangan R.E. Siahaan/Suherdi, Siahaan adalah walikota Pematang Siantar dan Suherdi adalah ketua Pujakesuma Sumatera Utara. Dengan komposisi penduduk Jawa 33.4% posisi Herdi sangat strategis merebut pemilih suku Jawa ini.

Sebagai mantan Pangdam I/BB yang bertugas hampir 4 tahun, Tri Tamtomo tahu persis bagaimana mengamankan Sumut, ini adalah kelebihan dia, tetapi dalam kampanye nanti dia akan diserang oleh lawan-lawanya bahwa dia bukan putra daerah Sumut sedangan keempat calon lain asli putra daerah. Dalam sebuah kesempatan Tri pernah mengatakan bahwa Sumut mempunyai 5 primadona yang belum dikelola dengan baik. “Nanti kelima primadona ini kita usahakan mengelolanya dengan benar sehingga berhasil guna. Apa kelima primadona itu?”, Tri Tamtomo akan menyampaikannya dalam penyampaian Visi dan Misinya.

Salah satu isu yang sangat krusial saat ini di Sumut adalah ide Pemekaran Sumut menjadi 2 Provinsi, tentu ini sangat sensitif nantinnya bagi para calon, apakah mendukung pemekaran atau tidak. Ide pembentukan Provinsi Tapanuli sangat intensif diperbincangkan saat ini dan bisa menjadi energi positif atau negatif bagi setiap calon, terutama di daerah pemilihan Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Ini ibarat buah simalakama, kalau mendukung pemekaran seorang calon bisa menang tetapi kekuasaanya terpangkas, kalau tidak mendukung siap-siap aja kalah.


Faktor Rudolf juga bisa menentukan menang tidaknya pasangan Tri Tamtomo – Benny keluarga Pardede yang religius punya pengaruh besar di perkotaan terutama mereka yang Kristen Karismatik, dan posisinya yang masih ketua PDIP Sumut. Terpentalnya Rudolf dari pencalonan memang sudah bisa diduga sebelumnya, karena bagi PDIP kasus Izajah palsu akan menyulitkan bagi PDIP dalam kampaye dan akan buang energi. Tetapi Rudolf juga punya pengaruh besar di Medan. Kalau Tri – Benny tidak merangkul Rudolf bisa saja suara pendukungnya beralih ke R.E Siahaan/Suherdi.


Faktor Megawati adalah faktor penentu bagi pasangan Tri – Benny, yang ingin menunjukkan supremasinya sebagai calon Presiden 2009. Kemenangan Tri Tamtomo – Benny sangat penting bagi Megawati sebagai modal awal menuju Pilpres 2009. Pilgub ini akan menjadi safari politik Megawati di Sumatera sekaligus kampaye pendahuluan.


Dari sisi Wakil, Benny adalah Doktor ekonomi, yang juga mantan ketua Komisi IX DPR pada masa pemerintahan Megawati, sempat santer isu bahwa dia akan diplot sebagai menteri Keuangan ketika Megawati menjadi Presiden menggantikan Gusdur. Dia juga aktif di Dekopin, pernah juga menjadi staff ahli Menneg BUMN. Jadi dari sisi pengalaman, Benny adalah pakar ekonomi yang sangat penting dalam rangka membangun perekonomian Sumatera Utara kedepan. Ia bisa mengambil hati para kalangan menengah dan berpendidikan di Medan dengan konsep ekonominya. Tetapi dia tidak populer dikalangan masyarakat bawah karena dia tidak berakar disana. Sejak kecil sudah merantau ke Jawa dan banyak menghabiskan waktunya di Jawa dan Luar Negeri.

Dibandingkan dengan pasangan lain, pasangan Tri Tamtomo lebih berkualitas, kalau dilihat dari faktor keamanan, dan konsep ekonomi yang bisa lebih gampang terealisasi di tangan kedua pasangan ini. Tergantung bagaimana mereka mengkomunikasikannya ke publik, terutama yang langsung menyentuh dengan urusan perut masyarakat banyak. Kalau hanya konsep saja tentu ini tidak akan diterima oleh masyarakat. Pengurangan penggangguran, pendidikan gratis, layanan kesehatan gratis, keamanan akan menjadi “komoditi” kampanye yang laku dan bisa memenangankan setiap calon.


Tidak ada komentar: